![]() |
Ilustrasi Photo: (source:riaukarya.com) ©2021 Kanjengan.id |
__
Oleh: M. Nasrullah
Dalam
artikel Plague in Early Islamic History yang ditulis oleh
Michael W. Dols , ada 3 jenis pandemi besar yang menimpa umat manusia, yakni
Wabah Yustinianus (Plague of Justinian)
(541-542 M), Maut Hitam (Black Death)
(1347-1351), dan Wabah Bombay (Bombay
Plague) (1896-1897). Jika melihat data diatas pandemi bukanlah hal
baru bagi masyarakat dunia. Bahkan pandemi telah terjadi sejak abad ke-6. Dalam
hal ini pandemi mampu mempengaruhi sistem kehidupan manusia, baik secara
sosial, budaya, ekonomi hingga dunia pendidikan pun terganggu.
Berbagai
cara telah diusahakan untuk menghadapi pandemi, mulai ikhtiar secara dhohir seperti;
penutupan sementara akses jalan hingga vaksinasi untuk memutus rantai
persebaran covid-19, serta ikhtiar secara batin; khataman al-quran hingga
istighosah akbar secara virtual.
Bagaimana
sikap kita untuk menghadapi pandemi ini dengan bijak? Saya teringat salah satu piweling yang disampaikan oleh Sunan
Kudus saat berdakwah dahulu, yakni Gusjigang
yang memiliki arti bagus, ngaji dan berdagang. Piweling tersebut
kemudian menjadi pedoman hidup yang dipegang oleh sebagian besar warga kudus.
Meskipun
pandemi covid-19 ini sudah berlangsung hampir dua tahun, tak ada kata telat
untuk mencoba mengaktualisasi nilai cara dakwah Sunan Kudus. Nilai tersebut
tidak lekang oleh waktu dan mampu beradapatasi dengan perkembangan zaman yang
ada. Hal senada juga disampaikan oleh Khilma Anis[1] dalam
forum diskusi kamisan Pusat FISI ( Pusat Studi Pesantren dan Fiqih sosial).[2]
Nilai Pertama dalam Gusjigang ini
adalah Gus atau bagus. Menurut khilma Anis, arti kata bagus ini tidak hanya terbatas bagus
perilaku saja, namun juga memiliki karakter; jujur, amanah, dapat dipercaya,
untuk selalu membantu orang lain.
Jika
melihat awal pandemi covid-19 dari bulan Maret tahun 2020 hingga sekarang masih
banyak masyarakat yang abai untuk menjaga protokol kesehatan, bahkan ada berita
bohong yang membuat dengan membuat stigma yang buruk bagi orang yang terjangkit
covid-19 ini maupun orang yang sudah sembuh dari covid-19. Perilaku demikianlah
yang perlu diubah agar memunculkan sikap gotong royong serta saling menguatkan.
Nilai
kedua dalam Gusjigang ini adalah Ji atau Ngaji. Pengertian ngaji yang kita tahu adalah proses
belajar ilmu keagamaan. Namun arti ngaji secara mendalam memiliki kesaaman
dengan wahyu pertama yang diterima oleh Kanjeng Nabi Muhammad, yakni Iqra’.
Iqra’ adalah kita dituntut untuk selalu belajar apapun kondisi kita,
apalagi saat ini kita diberikan secara leluasa akses untuk belajar, baik secara
online yakni belajar Youtube, Facebook, dll; mapun secara offline,
yakni belajar dari lingkungan sekitar kita.
Dalam
dunia digital, kita bisa memperoleh ilmu banyak, banyak amalan-amalan yang akan
kita temukan untuk kemudian kita praktekkan dalam sehari-hari dan tentunya
disampaikan oleh orang yang memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni dibidangnya.
Salah satu amalan yang bisa kita dapat adalah
dengan membaca ayat berikut sebanyak 11x sebelum tidur kemudian ditiupkan ke
telapak tangan dan diusapkan ke seluruh tubuh:
و ننزّل من القرآن ما
هوشفأ وّرحمة للمؤمنين * ولايزيد الظالمين الّا خسارا
Amalan
tersebut merupakan ijazah dari KH. Maemun Zubair Sarang yang disampaikan oleh
KH. Nashir. Selain itu masih banyak sekali amalan maupun ilmu yang bisa kita
dapatkan melalui platform digital.
Nilai
yang ketiga berdagang. Jika kita tarik lebih jauh ke zaman Rasulullah.
Berdagang menjadi salah satu wasilah Rasulullah untuk berdakwah menyebarkan
ajaran Islam. Berdagang pulalah menjadi
salah satu mata pencaharian yang menguntungkan, meskipun pandemi saat ini bisa
menyebabkan pendapatan yg fluktuatif naik-turun.
Dengan
berdagang kita bisa menjalin hubungan kekeluargaan dengan orang lain. Selain
itu, ketika kita berdagang nilai pertama perlu kita terapkan agar mendapatkan
kepercayaan dengan pelayanan yg kita berikan.
Gusjigang
ini menurut saya menjadi salah satu ikhtiar secara dhohir maupun batin agar
bisa hidup bebarengan dengan kondisi apapun. Kenapa bisa demikian? Karena
gusjigang ini menjadi sebuah kombinasi yang pas pas untuk dijalankan di masa
pandemi saat ini. Menaati protokol kesehatan menjadi perilaku yang baik dengan
menjaga kesehatan serta mencoba memutus rantai persebaran covid-19 dan tidak
membahayakan orang lain. Dengan mengaji kita terus belajar agar tidak
terjerumus dalam arus informasi yang tidak benar dan selalu mawas diri, serta
dengan berdagang kita berupaya agar saling membantu untuk meningkatkan ekonomi
di masyarakat yang terkena dampak penurunan pendapatan.
[1] Penulis buku wigati dan Hati Suhita
[2] Tanggal 24 Juli 2021 melalui zoom