Aktualisasi Gusjigang dalam pandemi Covid-19

Minggu, 08 Agustus 2021

Ilustrasi Photo: (source:riaukarya.com©2021 Kanjengan.id


__

Oleh: M. Nasrullah


Dalam artikel Plague in Early Islamic History yang ditulis oleh Michael W. Dols , ada 3 jenis pandemi besar yang menimpa umat manusia, yakni Wabah Yustinianus (Plague of Justinian) (541-542 M), Maut Hitam (Black Death) (1347-1351), dan Wabah Bombay (Bombay Plague) (1896-1897). Jika melihat data diatas pandemi bukanlah hal baru bagi masyarakat dunia. Bahkan pandemi telah terjadi sejak abad ke-6. Dalam hal ini pandemi mampu mempengaruhi sistem kehidupan manusia, baik secara sosial, budaya, ekonomi hingga dunia pendidikan pun terganggu.

Berbagai cara telah diusahakan untuk menghadapi pandemi, mulai ikhtiar secara dhohir seperti; penutupan sementara akses jalan hingga vaksinasi untuk memutus rantai persebaran covid-19, serta ikhtiar secara batin; khataman al-quran hingga istighosah akbar secara virtual.

Bagaimana sikap kita untuk menghadapi pandemi ini dengan bijak? Saya teringat salah satu piweling yang disampaikan oleh Sunan Kudus saat berdakwah dahulu, yakni Gusjigang yang memiliki arti bagus, ngaji dan berdagang. Piweling tersebut kemudian menjadi pedoman hidup yang dipegang oleh sebagian besar warga kudus.

Meskipun pandemi covid-19 ini sudah berlangsung hampir dua tahun, tak ada kata telat untuk mencoba mengaktualisasi nilai cara dakwah Sunan Kudus. Nilai tersebut tidak lekang oleh waktu dan mampu beradapatasi dengan perkembangan zaman yang ada. Hal senada juga disampaikan oleh Khilma Anis[1] dalam forum diskusi kamisan Pusat FISI ( Pusat Studi Pesantren dan Fiqih sosial).[2] Nilai Pertama dalam Gusjigang ini adalah Gus atau bagus. Menurut khilma Anis, arti kata bagus ini tidak hanya terbatas bagus perilaku saja, namun juga memiliki karakter; jujur, amanah, dapat dipercaya, untuk selalu membantu orang lain.

Jika melihat awal pandemi covid-19 dari bulan Maret tahun 2020 hingga sekarang masih banyak masyarakat yang abai untuk menjaga protokol kesehatan, bahkan ada berita bohong yang membuat dengan membuat stigma yang buruk bagi orang yang terjangkit covid-19 ini maupun orang yang sudah sembuh dari covid-19. Perilaku demikianlah yang perlu diubah agar memunculkan sikap gotong royong serta saling menguatkan.

Nilai kedua dalam Gusjigang ini adalah Ji atau Ngaji. Pengertian ngaji yang kita tahu adalah proses belajar ilmu keagamaan. Namun arti ngaji secara mendalam memiliki kesaaman dengan wahyu pertama yang diterima oleh Kanjeng Nabi Muhammad, yakni Iqra’. Iqra’ adalah kita dituntut untuk selalu belajar apapun kondisi kita, apalagi saat ini kita diberikan secara leluasa akses untuk belajar, baik secara online yakni belajar Youtube, Facebook, dll; mapun secara offline, yakni belajar dari lingkungan sekitar kita.

Dalam dunia digital, kita bisa memperoleh ilmu banyak, banyak amalan-amalan yang akan kita temukan untuk kemudian kita praktekkan dalam sehari-hari dan tentunya disampaikan oleh orang yang memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni dibidangnya.

Salah satu amalan yang bisa kita dapat adalah dengan membaca ayat berikut sebanyak 11x sebelum tidur kemudian ditiupkan ke telapak tangan dan diusapkan ke seluruh tubuh:

و ننزّل من القرآن ما هوشفأ وّرحمة للمؤمنين * ولايزيد الظالمين الّا خسارا

Amalan tersebut merupakan ijazah dari KH. Maemun Zubair Sarang yang disampaikan oleh KH. Nashir. Selain itu masih banyak sekali amalan maupun ilmu yang bisa kita dapatkan melalui platform digital.

Nilai yang ketiga berdagang. Jika kita tarik lebih jauh ke zaman Rasulullah. Berdagang menjadi salah satu wasilah Rasulullah untuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam. Berdagang  pulalah menjadi salah satu mata pencaharian yang menguntungkan, meskipun pandemi saat ini bisa menyebabkan pendapatan yg fluktuatif naik-turun.

Dengan berdagang kita bisa menjalin hubungan kekeluargaan dengan orang lain. Selain itu, ketika kita berdagang nilai pertama perlu kita terapkan agar mendapatkan kepercayaan dengan pelayanan yg kita berikan.

Gusjigang ini menurut saya menjadi salah satu ikhtiar secara dhohir maupun batin agar bisa hidup bebarengan dengan kondisi apapun. Kenapa bisa demikian? Karena gusjigang ini menjadi sebuah kombinasi yang pas pas untuk dijalankan di masa pandemi saat ini. Menaati protokol kesehatan menjadi perilaku yang baik dengan menjaga kesehatan serta mencoba memutus rantai persebaran covid-19 dan tidak membahayakan orang lain. Dengan mengaji kita terus belajar agar tidak terjerumus dalam arus informasi yang tidak benar dan selalu mawas diri, serta dengan berdagang kita berupaya agar saling membantu untuk meningkatkan ekonomi di masyarakat yang terkena dampak penurunan pendapatan.


____________________________

[1] Penulis buku wigati dan Hati Suhita

[2] Tanggal 24 Juli 2021 melalui zoom

0 Viewers