Foto Ilustrasi ©2021 Kanjengan.id |
__
Oleh: M. Farid Abbad
Sejak S1 saya sudah gandrung dengan ilmu Antropologi, karena ilmu ini adalah ilmu yang membahas tentang manusia dan kehidupannya secara utuh. Selain itu, buku yang ditulis oleh Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tentang esai-esai Kiai semakin menambah gairah saya akan pesona Antropologi yang begitu indah dan penuh dengan detail dalam melihat realitas kemanusiaan. Dulu ketika masih mencari disiplin pengetahuan yang saya minati banyak sekali literatur yang saya baca, sesekali buku-buku sastra seperti novel, dan cerpen pernah menjadi bacaan favorit yang selalu menemani dimanapun saya pergi. Lalu, buku-buku sejarah juga sempat menjadi kegandrungan pada saat saya mulai suka dengan dunia literasi. Akhir-akhir wacana keagamaan yang sedang hangat dan populer seperti diskursus keislaman dari berbagai pemikir mulai dari Nasr Hamid Abu Zayd, Muhammad Arkoun, Hasan Hanafi, Jasser Audah, Abdullah Ahmad An-Na’im, Abid Al-Jabiri, Muhammad Syahrur, Asghar Ali, dan sederet pemikir keislaman lain.
Setelah sekian lama bergulat dengan pemikiran kesilaman kontemporer saya beranjak ke buku-buku karya pemikir Eropa, buku yang menjadi kesenangan saya adalah Berperang Demi Tuhan, Sejarah Tuhan, Muhammad yang di tulis oleh Keren Amstrong, ada lagi pemikir lain yang saya kira perlu untuk saya tulis disini adalah karya Annemarie Schimmel tentang Mistik dalam Dunia Islam, Oh, Muhammadku, dan sebagainya. Lalu, ada peneliti sufisme lain seperti Henry Corbin yang mengulas dengan dalam ajaran-ajaran Ibn ‘Arabi. Di akhir penjelajahan saya atas diskursus sufisme akhirnya saya menemukan seorang pemikir kontemporer dari Iran Seyyed Hosein Nasr dengan seluruh karyanya yang sangat detail membahas tentang Tasawuf.
Buku-buku itu yang selama ini memberikan pengaruh yang besar atas kehidupan saya, tetapi kecenderungan diri saya berangsur-angsur berlabuh dalam kajian sufisme. Kenapa demikian karena saya banyak bergumul dengan kajian-kajian teks sufi yang saya pelajari secara rutin dengan guru-guru saya. Tetapi konsep tasawuf yang ditawarkan sangat humanis dan kontekstual sehingga memantabkan minat saya untuk bergulat dalam kajian itu. Kitab-kitab seperti Sirrul Asrar, Kimyaus Sa’adah, Fushush al-Hikam, adalah beberapa kitab yang menawarkan prespektif segar tentang struktur rohani manusia. Bagaimana seorang anak manusia mengalami berbagai macam fase dalam perjalanan hidupnya. Dimensi yang begitu rupa dan kebesaran kosmos dalam diri manusia di petakan dan dikaji secara mendalam oleh ulama-ulama sufi tersebut.
Tetapi, saya terpantik untuk menghubungkan pengetahuan ruhani yang bersifat abstrak, dan kesadaran fisik manusia sebagai mahluk sosial yang bersifat konkrit. Kesadaran ini kemudian tumbuh subur dan semakin hari semakin mendesak untuk melakukan penjelajahan tentang disiplin lain yang bisa melengkapi disiplin itu, lalu saya menemukan Antropologi sebagai disiplin pelengkap untuk mempelajari manusia.
Pertanyaannya kenapa Antropologi ? pertama, karena Antropologi adalah satu-satunya disiplin yang secara komprehensif mempelajari keanekaragaman manusia secara fisik, atau biologis beserta kebudayaannya. Jadi, secara singkat antropologi lah yang menyasar semua aspek dalam hidup manusia seperti Bahasa, Pengetahuan, Organisasi Masayarakat, Ekonomi, Teknologi, Religi, dan Kesenian. Karenanya, metode yang menjadi kunci dalam riset-riset Antropologi adalah etnografi. Setiap peneliti harus bisa menyelam kedalam subjek sampai betul-betul bisa menggambarkan subjeknya secara detail. Instrumennya adalah indera kita yang akan menentukan kualitas observasi yang dilakukan.
Manusia adalah mahluk yang unik, banyak perangkat yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupannya. Keragaman dan ekspresi dalam menjalani kehidupan ini pasti dipengaruhi oleh banyak faktor dan subjek. Fakor tersebut bisa berupa sistem pengetahuannya atau perjalanan hidup yang dilalui. Nah, disinilah tasawuf dan antropologi bisa berkolaborasi, jika tasawuf lebih banyak meneropong sisi batin manusia dan potensi ruhani yang tidak akan berhenti untuk berkembang. Demikan dengan antropologi yang meihat perkembangan kebudayaan manusia dan pengaruhnya terhadapa kesadaran ruhani seseorang. Oleh karena itu, jalan pengetahuan ini lah yang akan saya pilih dalam melihat realitas kehidupan.
0 Viewers