Kyai Ahmad Mutamakkin, Syaikh Zain Al-Mizjaji dan Ulama Hijaz paruh kedua abad 17

Selasa, 07 September 2021

Foto Ilustrasi (erbitsun) ©2021 Kanjengan.id


__

Oleh: Ahmad Farih

(Gusdurian Alumni Pondok Sidogiri)

 

Seperti yang diyakini oleh masyarakat sekitar Kajen bahwa Kyai Mutamakkin pada masa hidupnya pernah melakukan perjalanan ke negeri Hijaz dalam rangka "haji dan ngaji". Konon berkaitan dengan status "haji" itu pula asal mula nama desa Kajen. Nama Kajen dipercaya berasal dari bahasa Arab; "hajiyaini" (dua orang yang berstatus haji) yang merujuk pada nama Haji Ahmad Mutamakkin dan Haji Syamsuddin).

Serat Cebolek yang ditulis Yasadipura II mengisyaratkan bahwa "Syekh Jen dari Yaman" adalah guru bagi Kyai Mutamakkin. Tertulis dalam pupuh Asmaradana; "pasthi yen sedo den obong, koyo mambu kukus ingwang ing tanah Arab ing kono nggon guru ingsun, Seh Jen ing negoro Yaman".

Siapa sosok Seh Jen yang dimaksudkan Serat Cebolek?

Di dalam tulisannya di portal Arrahim.ID, meski mengaku belum menemukan sumber biografinya, Gus Ulil Abshar Abdalla (dan Milal Bizawie) mengidentifikasi sosok tersebut adalah Syekh Zain bin Muhammad Al-Mizjaji yang berkedudukan di Yaman (Al-Yamani), Kiranya kitab "Taqaridh Nasyrul 'Araf", karya Ibnu Zubarah Al-Shan'ani, adalah sumber penting dalam menelusuri biografi Syekh Zain Al-Mizjaji. Halaman 723-724 juz 1 dari kitab ini menuturkan beberapa informasi penting. Diantaranya:

- Syekh Zain Al-Mizjaji lahir tahun 1053 Hijriah (1643 Masehi) dan wafat tahun 1138 Hijriah (1725 Masehi). Bila dihubungkan dengan masa hidup Kyai Mutamakkin yang dipercaya antara rentang tahun 1645 hingga 1740 Masehi, dapat diterima bahwa keduanya hidup satu kurun. Dan dengan membandingkan rentang usia keduanya, tampaknya Syaikh Zain Al-Mizjaji berusia lebih muda dan wafat lebih awal.

 - Adanya redaksi di kitab Taqaridh Nasyrl 'Araf yang berbunyi;

لما حج في سنة ١٠٧٦ أخذ بالحجاز عن الشيخ العلامة أحمد  بن محمد النخلي والشيخ العلامة حسن العجيمي وأخذ في محرم سنة ١٠٧٧ عن الشيخ المسند إبراهيم بن حسن الكردي

Seakan memberi petunjuk bahwa Syaikh Zain Al-Mizjaji pernah mukim sementara di negeri Hijaz dan berguru kepada para ulama besar setempat.

Semakin terang bahwa keduanya, Syaikh Zain al-Mizjaji dan Kyai Mutamakkin mempunyai kesamaan; pernah haji dan ngaji di negeri Hijaz. Sayangnya, belum begitu terang petunjuk tentang tahun masa tinggal Kyai Mutamakkin di negeri Hijaz.

Redaksi itu juga mengungkapkan tiga nama ulama Hijaz yang menjadi guru bagi Syaikh Zain. Yang menarik, ternyata mereka adalah para ulama tersohor dengan banyak murid yang datang dari berbagai negeri.

Berikut biografi mereka :

1. Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Nakhili

Al-'Allamah Musthofa bin Fathullah Al-Hamawi, yang hidup sezaman dan juga murid Syaikh Ibrahim bin Hasan Al-Kurani, melaporkan di dalam kitabnya, "Fawaidul Irtihal wa Nataijul Safar", bahwa Syaikh Al-Nakhili adalah pengajar di Masjidil Haram dan ulama terkenal di Haramayn (Mekkah dan Madinah).

Lebih jauh, Syaikh Abdul Hayyi bin Abdul Kabir Al-Kattani (penyusun kitab Fahras Al-Faharis) menempatkan Syaikh Al-Nakhili sebagai salah seorang dari tujuh Masanid Al-Hijaziyah yang terkemuka.

Syaikh Al-Nakhili lahir di Mekkah tahun 1042 Hijriah (1623 Masehi) dan wafat tahun 1130 Hijriah (1718 Masehi).

Bila dihubungkan dengan masa hidup Kyai Mutamakkin yang dipercaya antara rentang tahun 1645 hingga 1740, sepertinya layak untuk memperkirakan bahwa Kyai Mutamakkin muda sempat berjumpa dengan Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Nakhili ini di negeri Hijaz.

2. Syaikh Hasan bin Ali Al-Ujaimi (sebagian muallif mengeja namanya dengan Al-'Ajami).

Kesohor sebagai fakih, shufi, muhaddits dan sejarawan. Syaikh Abdul Hayyi Al-Kattani menyematkan gelar "Manarul Hadits" kepada beliau. Biografi beliau yang paling terang bisa didapatkan di Mukadimah kitabnya, "Ihda'u Al-lathaa'if Min Akhbar Al-Thaif".

Konon beliau juga menyusun kitab "Risalat Al-Ujaimi fi Al-Thuruq" yang mengungkapkan silsilah puluhan Tarekat yang berkembang di masanya. (bisa dilihat di kitab Fahras Al-Faharis).

Memperhatikan bahwa beliau lahir di Mekkah tahun 1049 Hijriah (1639 Masehi) dan wafat di Thaif, tahun1113 Hijriah (1701 Masehi), sepertinya pantas untuk mempertimbangkan bahwa Kyai Mutamakkin saat ngaji di negeri Hijaz juga berjumpa dengan beliau.

3. Syaikh Hasan bin Ibrahim Al-Kurdi (lebih terkenal dengan nisbat Al-Kurani).

Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki di dalam kitab "Al-'Uqud Al-Lu'luiyah" menyebutkan nama Syaikh Ibrahim bin Hasan Al-Kurani beberapa kali dalam jalur sanad kitab Hadits milik ayahanda beliau (Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki).

Tokoh sezaman dan juga guru bagi Syaikh Zain Al-Mizjaji, yaitu Syaikh Hasan bin Ali Al-Ujaimi menyematkan gelar kehormatan kepada Syaikh Al-Kurani sebagai

شيخ الإسلام، استاذ العلماء الأعلام، حجة الصوفية، ومحيي طريقهم السنية

Lahir di Syahrani, kampung dekat perbatasan Persia, tahun 1025 Hijriah (1616 Masehi) dan wafat di Madinah tahun 1101 Hijriah (1690 Masehi). Dapat diperkirakan bahwa pada tahun wafatnya Syaikh Ibrahim Al-Kurani, usia Kyai Mutamakkin sudah mencapai 50 tahun. Hal ini membuka kemungkinan bahwa Kyai Mutamakkin juga berjumpa dan berguru kepada Syaikh Ibrahim Al-Kurani.

Apalagi ada data menarik dari kitab Ithaf Al-Dzaki karya Syaikh Ibrahim Al-Kurani. Pendahuluan kitab ini, memberikan petunjuk keberadaan "jama'ah min Al-Jawiyyin" (beberapa pelajar dari Nusantara) berada di dekat beliau.

Berikut redaksi panjangnya;

أما بعد فقد صح عندنا من اخبار جماعة من الجاويين أن البلادة جاوة قد فشا في أهلها بعض كتب الحقائق و علوم الاسرار

Alhasil, dari beberapa data di atas dapat diperkirakan bahwa, selain kepada "Seh Jen" atau Syaikh Zain Al-Mizjaji Al-Yamani (menurut Gus Ulil Abshar Abdalla) ada kemungkinan besar lainnya; Kyai Mutamakkin juga berguru kepada para ulama Hijaz yang disebutkan oleh Ibnu Zubarah sebagai guru Syaikh Zain Al-Mizjaji Al- Yamani. Dan bahwa Kyai Mutamakkin lebih banyak bermulazamah kepada para ulama Hijaz masa itu daripada kepada Syaikh Zain Al-Mizjaji, sepertinya, lebih bisa diterima.

Sekian.

والله اعلم بالصواب

0 Viewers