Menyingkap Rahasia Nama Al-Mutamakkin (Bag. 1)

Jumat, 26 Maret 2021

 


 

Menyingkap Rahasia Nama Al-Mutamakkin (Bag. 1)

Oleh: M. Farid Abbad[i]

 

Sudah banyak peneliti, sejarawan, filolog, dan pakar lain yang mencoba menelisik sejarah Syekh Ahmad Mutamakkin, yang terkenal di wilayah Kajen sebagai Mbh Mutamakkin. Beragam prespektif ditulis dan di wartakan tentang sosok, perjuangan, gerakan, dakwah, ajaran, peninggalan, serta berbagai macam manuskrip yang dianggap sebagai salah satu karya magnum opus-nya. Sejak dari ‘Arsyul Muwahidin sampai Teks Pakem Kajen. Namun, sajauh ini belum ada yang secara spesifik meneliti gelar yang di sematkan kepada beliau. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa nama asli beliau adalah Sumohadiwijaya, di Kajen sendiri populer dengan nama mbah Surgi atau mbah Ahmad. Sementara Al-Mutamakkin adalah gelar yang diberikan kepada beliau saat pulang dari pengembaraan intelektual di negeri timur tengah.

            Saya kemudian ingin mencoba menelisik makna akar kata dari Mutamakkin متمكن secara kebahasaan. Akar kata dari متمكن adalah مكن yang artinya adalah kedudukan. Contohnya dalam sebuah kalimat مكن زيد yang artinya adalah Zaid mempunyai kedudukan. Jadi, kata متمكن artinya adalah orang yang mencapai, , mendapatkan, memperoleh, memenangkan, beruntung. Makna ini diambil dari beberapa kamus Bahasa Arab yang otoritatif seperti At-Thadzib al-Lughah lil-Jauhari, Lisan al-Arab dan Taj – al- A’rus li-Murtadla az-Zabidi.

Kemudian ada ayat-ayat al-Qur’an yang menggunakan kata مكناه di beberapa surat sejauh yang saya lacak sebagai berikut;

أَلَمۡ یَرَوۡا۟ كَمۡ أَهۡلَكۡنَا مِن قَبۡلِهِم مِّن قَرۡنࣲ مَّكَّنَّـٰهُمۡ فِی ٱلۡأَرۡضِ مَا لَمۡ نُمَكِّن لَّكُمۡ وَأَرۡسَلۡنَا ٱلسَّمَاۤءَ عَلَیۡهِم مِّدۡرَارࣰا وَجَعَلۡنَا ٱلۡأَنۡهَـٰرَ تَجۡرِی مِن تَحۡتِهِمۡ فَأَهۡلَكۡنَـٰهُم بِذُنُوبِهِمۡ وَأَنشَأۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِمۡ قَرۡنًا ءَاخَرِینَ

Artinya :

“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain”. [Surat Al-An'am 6]

           

ٱلَّذِینَ إِن مَّكَّنَّـٰهُمۡ فِی ٱلۡأَرۡضِ أَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَمَرُوا۟ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَنَهَوۡا۟ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۗ وَلِلَّهِ عَـٰقِبَةُ ٱلۡأُمُورِ

Artinya :

“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” [Surat Al-Hajj 41]

 

وَلَقَدۡ مَكَّنَّـٰهُمۡ فِیمَاۤ إِن مَّكَّنَّـٰكُمۡ فِیهِ وَجَعَلۡنَا لَهُمۡ سَمۡعࣰا وَأَبۡصَـٰرࣰا وَأَفۡـِٔدَةࣰ فَمَاۤ أَغۡنَىٰ عَنۡهُمۡ سَمۡعُهُمۡ وَلَاۤ أَبۡصَـٰرُهُمۡ وَلَاۤ أَفۡـِٔدَتُهُم مِّن شَیۡءٍ إِذۡ كَانُوا۟ یَجۡحَدُونَ بِـَٔایَـٰتِ ٱللَّهِ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا۟ بِهِۦ یَسۡتَهۡزِءُونَ

Artinya :

“Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.” [Surat Al-Ahqaf 26]

 

وَلَقَدۡ مَكَّنَّـٰكُمۡ فِی ٱلۡأَرۡضِ وَجَعَلۡنَا لَكُمۡ فِیهَا مَعَـٰیِشَۗ قَلِیلࣰا مَّا تَشۡكُرُونَ

Artinya :

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” [Surat Al-A'raf 10]

 

وَقَالَ ٱلَّذِی ٱشۡتَرَىٰهُ مِن مِّصۡرَ لِٱمۡرَأَتِهِۦۤ أَكۡرِمِی مَثۡوَىٰهُ عَسَىٰۤ أَن یَنفَعَنَاۤ أَوۡ نَتَّخِذَهُۥ وَلَدࣰاۚ وَكَذَ ٰ⁠لِكَ مَكَّنَّا لِیُوسُفَ فِی ٱلۡأَرۡضِ وَلِنُعَلِّمَهُۥ مِن تَأۡوِیلِ ٱلۡأَحَادِیثِۚ وَٱللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰۤ أَمۡرِهِۦ وَلَـٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا یَعۡلَمُونَ

Artinya :

“Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya: "Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak". Dan demikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya ta'bir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada yang mengetahuainya.” [Surat Yusuf 21]

 

إِنَّا مَكَّنَّا لَهُۥ فِی ٱلۡأَرۡضِ وَءَاتَیۡنَـٰهُ مِن كُلِّ شَیۡءࣲ سَبَبࣰا

Artinya :

“Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu”. [Surat Al-Kahfi 84]


           

Ayat-ayat di atas memberikan banyak isyarat yang meneguhkan tentang kedudukan yang tinggi terhadap bangsa, umat, manusia sebagai pemimpin-khalifah di Bumi.  dan dalam ayat lain Nabi Yusuf diberikan keududukan yang baik dan tinggi di Mesir. Isyarat-isyarat dalam al-Qur’an ini menjadi titik tolak untuk melihat bagaimana sejarah dari perjuangan mbah Mutamakkin. Bagaimana gelar ini begitu memancar kuat dan mengejawantah dalam perilaku dan gerakan yang beliau lakukan untuk membangun peradaban. Saya meyakini gelar ini menjadi penanda akan tingginya kedudukan beliau sebagai seorang Sufi yang mampu melakukan reformasi dan transformasi sosial dalam semua aspek, dari keilmuan, pertanian, ekonomi, dan politik. Karena beliau tidak dikenal sebagai Sufi yang tinggal di menara gading, yang hanya khusyuk dan asyik dengan ritual-ritual saja melainkan beliau turun dan ikut serta membangun kebudayaan masyarakat.

            Hal ini bisa dilihat dari berbagai kisah yang dituturkan oleh para sejarawan yang menulis sosok beliau, mapun sejarah lokal yang di serat oleh salah satunya Mbh Rifa’I Nasuha. Namun, saya meyakini dalam literatur khazanah Islam ada juga beberapa sosok Sufi yang tipologinya adalah reformis, pembaharu, dan penggerak yang memiliki gelar yang sama, karena gelar al-Mutamakkin adalah simbol ketinggian maqam, yang dalam tradisi Fikih disebut sebagai Mujtahid.[]



[i] Pegiat Kaneman Kajen Jonggringan. Wakil Pengasuh Ponpes. Al Roudloh Kajen

0 Viewers