“Kisah-kisah Kecil dan Ganjil” adalah Bacaan Asyik Kala Pandemik

Jumat, 16 April 2021

 

Foto: Agus Noor       


 oleh Ahmad Alwajih*        

    Jika ditanya, apa kira-kira aktivitas yang produktif meskipun kita pasif? Pandemik memaksa kita semua terbaring di kamar masing-masing. Salah satu jawaban yang cukup melegakan adalah membaca, menambah wawasan. Mumpung diberi banyak waktu luang.

    Setahun lalu buku ini terbit. Di saat kita terpenjara oleh kecemasan dan kekhawatiran kita sendiri. Buku ini seakan mengajak pembaca untuk menembus sekat-sekat dinding kamar, menuju alam berantah penuh petualangan yang terkadang bikin senyum sendiri, rasa haru, bahkan tergidik mengerikan.


Sunyi dan Gelap

    Dibandingkan dengan karya Agus Noor sebelumnya seperti Kisah Buat Para Kekasih atau kumpulan-kumpulan cerpennya yang diterbitkan Kompas, kita menangkap kesan kesunyian dan kegelapan yang teramat pekat.

    Kesunyian ini bukanlah seperti ketika kita sendirian di rumah yang kosong atau berada di perkampungan yang ditinggalkan oleh warganya. Justru kesunyian bagi Agus Noor seakan kekosongan di tengah keramaian dan hiruk pikuk. Kekosongan yang teramat menyakitkan karena pikiran dan tubuh tidak berada dalam satu ruang-waktu yang sama. Tubuh boleh saja sedang menikmati segelas capuchino, tetapi pikiran mengalir ke masa lalu lantas merindukan sosok yang tak mungkin ada saat ini.

    Jika dikatakan gelap, bukan bermaksud tema-tema horrible yang membuat bulu kuduk meremang sebagaimana kisah-kisah hantu atau monster bertaring panjang. Kegelapan di sini kalau boleh memberikan perumpamaan seperti dasar laut yang tidak terjangkau oleh cahaya dari permukaan. Sebuah karakter boleh saja tertawa lepas, tetapi diam-diam ia memendam duka teramat perih. Ia boleh saja menangis meratap, tetapi tangisan yang bahkan malaikat sekalipun tak sanggup lagi mendengarkannya. Sekiranya demikian sesederhana pembacaan saya.     

 

Kumpulan Mini Fiksi?

    Kesan pertama yang muncul ketika menikmati bagian awal buku ini adalah: apakah buku ini sebenarnya kompilasi mini fiksi yang diracik sedemikian rupa menjadi satu jalinan utuh cerita? Atau memang sengaja disusun demikian oleh si penulisnya Agus Noor?

    Dugaan kompilasi mini fiksi ini pupus perlahan ketika mengalir mengikuti imajinasi liar Agus Noor. Cobalah untuk menerka rangkaian yang semacam ini: bertemu cangkir Sang Nasib yang bisa mengubah air mata menjadi permata. Peta yang hanya bisa dibuka sekali seumur hidup. Masuk ke dubur mayat orang suci. Bertemu Pemancing Kesedihan. Orang Gila Penjaja Surga. Bunda yang selalu perawan. Seorang Sunan yang senantiasa bersujud di kening seekor cacing sampai melahirkan aliran bernama Tarekat Cacing Penunggu Hari Kiamat. Bahkan, menukik juga ke kelompok-kelompok rahasia sebelum manusia ada yang gilanya, membuka rahasia Tuhan yang bahkan belum tertuliskan.

    Jika pembaca nantinya terbingung-bingung oleh lompatan imajinasi Agus Noor ini, sebenarnya ada satu resep lumayan mujarab. Yaitu: jangan dipikirkan! Ya, jangan terlalu banyak dipikirkan. Sebab imajinasi hanya perlu diikuti saja sampai pada batas mana ia mengalir. Persis seperti kita menonton film yang berkisah tentang Penyihir di Alam Kegelapan atau Pendekar Sakti Mandraguna yang membantai seratus orang dengan sekali kelebat.[] 

 

Judul                     : Kisah-kisah Kecil dan Ganjil Malam 1001 Pandemi

Penulis                  : Agus Noor

Penerbit                : Diva Press

Tahun Terbit        : Juli 2020 

 

 

*Penulis adalah Pegiat Kaneman Kajen Jonggringan (Kanjengan)

 

 

0 Viewers