Mengenal Kecerdasan Kosmik : Seni Mengelola Pikiran, Perasaan dan Cinta

Kamis, 02 September 2021

Foto Ilustrasi © 


__

Oleh: Muhammad Sholah Ulayya


Kecerdasan kosmik atau kecerdasan Semesta adalah seni mengelola dan mengolah sisi dalam manusia yang akhir-akhir ini mulai kering dan terabaikan.

Saat manusia tersibukkan oleh sesuatu yang menyilaukan pandangannya, merangsang hasrat dan ambisinya saat itu pula  ia telah terhalang dari kesejatian dirinya. Ingin cepat viral, ingin segera sukses, ingin segera bahagia dan lain sebagainya.

Itu wajar sih, sebagai manusia kita pasti tidak lepas dari keinginan, cita-cita dan harapan-harapan masa depan. Akan tetapi kita sering lupa bahwa :

            Keinginan adalah sumber kekecewaan.

            Keinginan adalah biang ketakutan.

            Keinginan adalah pangkal kesedihan.

            Berapa juta manusia yang kecewa gegara keinginanya tak terwujud?

            Berapa ratus orang yang berkonflik karena perebutan kepentingan?

            Berapa puluh orang yang meregang nyawa karena putus asa?

Fenomena diatas adalah potret dari dampak keinginan yang liar, ugal-ugalan dan tanpa penataan.

Nah, kecerdasan semesta adalah seni mengenali diri agar kita tidak hanya berani berkeinginan, tapi juga siap gagal. Menerima fitrah kita sebagai manusia,  makhluk lemah penuh kekurangan yang menjadi bagian penting dari keluarga besar alam semesta.

Kecerdasan semesta adalah jalan untuk menulusuri hentakan "irama" semesta yang menyatu dalam cipta, rasa dan karsa manusia. Supaya  kita mampu menghadapi, mengolah, serta Legawa atas peristiwa apa saja yang diluar kontrol kehidupan kita.

Kecerdasan semesta akan membantu anda mengaktifkan dan  menyingkap potensi-potensi terpendam yang selama ini terabaikan dan tidak kita berdayakan.

Salah satu rujukan utama metode ini selain Al kitab dan as Sunnah,  adalah beberapa karya Imam Al Ghazali, seperti Kimya' al-saadah , Al Maqsid al Asna dan lain sebagainya.

Imam Al-Ghazali dalam kitab "Kimya''nya misalnya, mengatakan :

ليس شيء أقرب إليك

من نفسكك

فإذا لم تعرف نفسك, فكيف تعرف ربك ؟

“Tak ada sesuatu yang lebih dekat denganmu melebihi dirimu sendiri. jika pada (diri) yang paling dekat saja engkau belum mengenal,bagaimana bisa engkau mengenali Rabb-mu”. Kata al ghazali.

Logika sederhana yang diusung al ghazali itu bukan tanpa dasar. Beliau mengutip Ayat ke 53 dari Surat Fushilat :

سنريهم آياتنا في الآفاق وفي أنفسهم

Akan kami tunjukkan bukti-bukti (kebenaran) kami di atas ufuq-ufuq (cakrawala) dan pada anfus mereka

Imam al-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna afaaq adalah langit, matahari dan bintang gemintang. Sedangkan makna Anfus adalah jalan (lubang) keluarnya kotoran manusia, baik yang depan maupun belakang.

Petikan ayat dalam surat fushilat itu seakan menyiratkan segurat pesan bahwa antara benda langit yang hanya bisa di terawang dengan indera penglihatan

(dalam ayat terwakili oleh kata afaaq)  dan benda-benda bumi yang bisa diraba ( anfus) terdapat hubungan erat. Yakni sama-sama menjadi media petunjuk Allah (ayat) bagi umat manusia.

Selain itu, al-ghazali juga mengutip sebuah riwayat masyhur  yang mengatakan :

من عرف نفسه فقد عرف ربه

“Barang siapa yang telah mengenal dirinya maka sungguh ia akan mengenali Rabb-nya.

Kata "Rabb" tidak hanya bermakna "Tuhan" sebagaimana terjemahan yang selama ini kita kenal, akan tetapi "Rabb" dalam bahasa Arab bermakna pengelolaan, pengasuhan, pengendalian dan penyelarasan.

Artinya, manusia seharusnya bisa meneladani keselarasan semesta dalam pengabdianya kepada Tuhan.

langit yang begitu tinggi menjulang, rela mengalirkan airnya untuk bumi. Begitu juga bumi yang  rela di injak,di ludahi, bahkan di beraki, telah sekian juta tahun menjadi pusat penanaman, pertumbuhan, serta pembuahan yang hasilnya dinikmati oleh hewan dan manusia.

Manusia adalah Khalifah Tuhan di alam semesta.pada dirinya ada mandat yang harus ia jalankan sebagai makhluk paling sempurna. Nah, mandat itu adalah tetesan pengelolaan yang Tuhan anugrahkan padanya sebagai bekal pengembaraanya yang sementara di jagat raya ini. 

Bagaimana sebenarnya seni mengelola diri ala kecerdasan kosmik? bagian mana saja dari "diri" kita yang menjadi medan kelolanya?

Nah .....

Catatan : buku trilogi kecerdasan kosmik hanya bisa dimiliki setelah mengikuti pelatihan khusus dari Pusat Studi Cosmic Intelligence.

 

 

Porong, 2 September 2021

0 Viewers